Mainkan media sosial (media sosial) dikatakan memicu penurunan masalah kesehatan mental. Daripada mendapatkan ‘pukulan mental’ karena berbicara warganetmisalnya, simak tips berikut ini.
Alexey Makarin, asisten profesor di MIT Management Sloan, mengatakan orang yang menggunakan lebih banyak media sosial dapat menjadi lebih tertekan, atau sebaliknya, orang yang lebih tertekan mungkin lebih aktif di media sosial.
Dikutip dari situs MIT SloanMakarin dan rekan Luca Braghieri dari Universitas Bocconi dan Ro’ee Levy dari Universitas Tel Aviv juga melakukan studi universitas untuk membuktikannya.
Studi ini menerima 430.000 tanggapan dari National College Health Assessment. Akibatnya, akses perguruan tinggi ke Facebook menyebabkan peningkatan 7 persen dalam depresi berat dan peningkatan 20 persen dalam gangguan kecemasan.
Di luar hasil ini, persentase yang lebih besar dari siswa yang paling rentan juga mengobati gejala dengan psikoterapi atau antidepresan. Secara total, efek negatif Facebook terhadap kesehatan mental adalah sekitar 20 persen dari besarnya yang dialami oleh mereka yang kehilangan pekerjaan.
Secara terpisah, survei kolaboratif TikTok dengan YouGov menemukan bahwa 70 persen responden di Indonesia mulai merasa nyaman membicarakan kesehatan mental, dengan 57 persen memilih untuk berbicara dengan keluarganya, 52 persen kepada profesional seperti psikolog, dan 40 persen kepada teman dekat.
Namun, 2 dari 4 responden masih mengkhawatirkan potensi dampak negatif dari membicarakan kondisi kesehatan mental mereka, baik dampak negatif seperti penolakan atau penilaian dari keluarga dan teman dekat, maupun konsekuensi di tempat kerja.
Dari survei ini, TikTok meluncurkan Pusat Kesehatan Digital yang disebutnya sebagai portal yang berisi informasi dan sumber daya TikTok terkait kesehatan mental dan kesejahteraan digital.
Di dalam Digital Health Center, pengguna dapat mengakses layanan bantuan, menikmati video interaktif tentang kesehatan mental yang bekerja sama dengan TikTok dengan mitra, kreator, dan pakar kesehatan mental.
Di luar itu, ada tips atau inspirasi seputar topik kesehatan mental melalui konten live streaming dari sejumlah kreator.
Selain itu, ada beberapa cara untuk mencegah tahap awal agar kesehatan mental tidak memburuk karena media sosial. Dikutip dari press release Kaspersky, berikut beberapa cara menjaga kesehatan mental saat bermain di ruang digital:
1. Batasi pembagian yang berlebihan
Di era baru media sosial, opsi paling aman adalah memperhatikan apa yang Anda bagikan atau bagikan secara online.
Berbagi secara berlebihan dapat membuat Anda lebih rentan terhadap kritik dari orang lain, yang dapat memperburuk kecemasan.
Alasan lainnya adalah untuk melindungi data pribadi dari orang asing. Misalnya, pengguna mungkin secara tidak sengaja meninggalkan detail tiket penerbangan atau data lain seperti alamat pribadi di foto liburan yang bagus.
2. Pelajari cara menghadapi komentar ekstrem
Komentar pedas atau ekstrim selalu mungkin terjadi di media sosial, terutama jika Anda mengunggah banyak konten.
Beberapa ahli menyarankan agar tidak menanggapi komentar buruk atau menyakitkan dengan mengingatnya, merasa kesal, atau bahkan menyerah pada impian mereka.
Penting untuk diketahui bahwa troll atau agresor mencari reaksi karena tujuan utama mereka adalah menyakiti atau memancing emosi. Semakin banyak perhatian yang diterima agresor, semakin mereka akan terus menulis postingan negatif.
Oleh karena itu, komentar seperti ini harus ditanggapi dengan bijak. Misalnya, mengabaikan postingan troll, menghapus komentar negatif, melaporkan penghinaan, atau bahkan mungkin menonaktifkan komentar.
3. Jadikan akun sosial pribadi (private)
Untuk mengurangi risiko bertemu pembenci atau berbagi informasi sensitif, pertahanan yang baik adalah dengan meningkatkan tingkat privasi akun, dengan pengaturan privasi yang berbeda untuk setiap platform.
(lom/arh)
[Gambas:Video CNN]