Jakarta, CNN Indonesia —
Serangkaian hal aneh ditemukan dalam pengungkapan tragedi Kanjuruhan yang hingga kini dikabarkan telah merenggut nyawa hingga 131 orang.
Tragedi Kanjuruhan menjadi sorotan. Tidak hanya di dalam negeri, insiden di markas Arema FC itu juga dipantau oleh media asing.
Sejak berita tersebut tersebar luas, ada beberapa kasus yang menimbulkan tanda tanya dari warganet, seperti penggunaan gas air mata untuk menghalau penonton memasuki lapangan pertandingan.
Berikut lima poin ganjil atau genap dalam tragedi Kanjuruhan:
1. Gas Air Mata
Gas air mata adalah barang terlarang di dalam stadion. Aturan mengenai gas air mata diatur oleh FIFA. Sementara itu, dalam salah satu pasal pengaturan keamanan dan keselamatan di stadion, PSSI menyebutkan senjata api atau ‘senjata pembubaran massal’ tidak boleh dibawa atau digunakan.
Penonton yang selamat merasakan sakit mata dan kesulitan bernapas. Begitu juga dengan pelatih Arema FC Javier Roca.
Penggunaan gas air mata juga diakui Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta. Jenderal bintang dua itu menjelaskan, polisi menembakkan gas air mata karena pendukung Arema tidak puas dan turun ke lapangan. Polisi menganggap tindakan mereka membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial. Senada dengan Nico, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD juga mengatakan bahwa penggunaan gas air mata ditujukan kepada penonton.
Gas air mata juga telah digunakan untuk membubarkan massa di stadion beberapa tahun lalu di Indonesia.
Sementara itu, netizen juga mengunggah video dan foto kerusuhan di stadion pertandingan sepak bola Indonesia yang diselesaikan tanpa gas air mata.
2. Pintu Stadion Tertutup
Hal lain yang belakangan ditemukan dan cukup janggal adalah kasus pintu stadion ditutup. Sementara banyak orang mencari jalan keluar setelah gas air mata ditembakkan, jalan keluarnya adalah jalan buntu.
Terkait pintu tertutup itu, Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam menyebutkan. Dalam keterangannya, Choirul Anam menjelaskan bahwa hanya ada dua pintu yang terbuka dari 14 pintu yang tersedia.
Komisaris Besar Polri Albertus Wahyurudhanto mengaku belum mengetahui pasti siapa yang menutup pintu tersebut. Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya, Kapolres Malang tidak memerintahkan untuk menutup pintu.
![]()
|
Sementara itu, Kabag Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo juga mengatakan, pintu keluar Stadion Kanjuruhan hanya berkapasitas dua orang sehingga banyak penonton yang berdesakan dan berdesakan.
Suporter Arema juga mempertanyakan penutupan pintu, padahal biasanya sebelum pertandingan setelah pintu stadion dibuka.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Permainan Malam, Minuman Keras, dan Tiket 40 Ribu
BACA HALAMAN BERIKUTNYA