Memuat…
Bentuk ARR dipasang oleh tim KKN ITS di salah satu atap rumah warga Desa Tambaksumur, Sidoarjo. Foto ITS/Humas.
Ketua Pelaksana KKN Muhammad Hafiizh Imaaduddiin menyampaikan, ide pembuatan inovasi alat ini awalnya muncul karena rendahnya elevasi rumah warga di Desa Tambaksumur Kabupaten Sidoarjo dan meningkatnya penumpukan limbah cair dari pertumbuhan perumahan di kawasan tersebut. sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya sedimentasi dan kenaikan muka air di saluran tersebut. “Dengan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pembersihan dan pemantauan rutin saluran drainase warga,” ujarnya, melalui siaran pers, Sabtu (10/8/2022).
Baca juga: Ingin Kuliah di Prancis? Informasi Ini Penting Untuk Anda
Dijelaskannya, untuk memantau situasi saat hujan, tim KKN membuat Automatic Rainfall Recorder (ARR) dan Automatic Water Level Recording (AWLR). Tim KKN yang dipimpinnya terdiri dari 10 dosen dan 32 mahasiswa dari Fakultas Vokasi; Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian (FTSPK) dan Fakultas Sains dan Analisis Data (FSAD). “Dengan alat ini, warga bisa mandiri dan siaga dalam menanggulangi banjir,” ujarnya.
Lebih lanjut dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) ini mengungkapkan, penempatan kedua alat tersebut juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, tim pemetaan mahasiswa KKN melakukan survei dan pengukuran topografi. Hal ini untuk menentukan titik efektif dalam menempatkan kedua alat tersebut.
Lebih spesifiknya, menurut Hafiiz, ARR ditempatkan di salah satu atap rumah warga yang kemudian akan mengumpulkan air dan melaporkan berbagai macam data saat hujan melalui aplikasi yang sudah terpasang di smartphone warga. Hafiiz menjelaskan, saat penampungan air ARR penuh, maka akan muncul data ketinggian dan durasi hujan serta seberapa tinggi genangan air yang akan muncul.
Baca juga: Guru Muda Beri Akses Pendidikan untuk Anak-anak di Indonesia Timur
Di sisi lain, AWLR ditempatkan di salah satu saluran drainase perumahan warga. Pasalnya, AWLR akan berfungsi sebagai pemantau ketinggian air untuk saluran warga dengan sistem Internet of Things (IoT). Terdapat aplikasi smartphone yang dapat digunakan warga dalam kondisi saluran real-time saat hujan. “Sehingga dengan adanya aplikasi internet, warga tidak perlu datang ke lokasi untuk melihat kondisi saluran saat hujan,” kata Hafiizh.
Hafiizh mengungkapkan, KKN ini merupakan kegiatan kolaborasi lintas bidang ilmu. Dengan pemahaman mahasiswa Hafiizh dan DTIS tentang curah hujan dan topografi dalam lingkup Teknik Sipil, yang kemudian didukung oleh pengetahuan mahasiswa Teknik Elektro Otomasi dan Teknik Instrumentasi ITS dalam merancang ARR dan AWLR. Sehingga diharapkan dapat membantu secara maksimal warga Desa Tambaksumur.
Dengan dua alat tersebut, diharapkan warga dapat melakukan upaya mitigasi saat hujan. Ditambah dengan aplikasi yang sudah terintegrasi dengan ARR dan AWLR yang mampu memudahkan warga dalam mencari mitigasi banjir. “Mudah-mudahan dalam jangka panjang, warga siap menghadapi banjir,” kata Hafiiz optimis.
(nz)