TEMPO.CO, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan PT Kimia Farma Tbk meluncurkan produk inovatif yaitu TB-Scan atau Ethambutol Kit. Scan TB ini diklaim sebagai satu-satunya alat di dunia yang mampu mendiagnosis Tuberkulosis (TB) di dalam dan di luar paru-paru.
Kepala Pusat Penelitian Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodesimetri BRIN, Tita Puspitasari, mengatakan Indonesia menempati urutan ketiga penderita TB di dunia setelah India dan China. TB, menurut dia, merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Disebutkan lebih lanjut, selain menginfeksi paru-paru, bakteri Mycobacterium tuberculosis juga menyerang organ lain seperti otak, tulang, kelenjar getah bening, persendian, dan lain-lain. “Metode deteksi bakteri TB yang ada saat ini hanya dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi TB di paru-paru, sedangkan infeksi TB ekstra paru sulit dilakukan,” kata Tita.
Tita mengklaim PT. Kimia Farma Tbk dan BRIN meluncurkan produk inovatif anak Indonesia yang merupakan satu-satunya produk di dunia yang dapat mendiagnosis tuberkulosis paru dan ekstra paru. “Karena TB Scan memiliki tingkat akurasi, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang baik,” tambahnya.
Tita berharap dengan diluncurkannya TB-SCAN, kapasitas industri farmasi nasional khususnya yang berbasis radiofarmasi dapat diperbesar dan diperkuat. Saat ini, kata dia, pasokan radiofarmasi masih didominasi produk impor, padahal pasar domestik sebenarnya masih cukup besar. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri farmasi nasional untuk melangkah lebih jauh dalam proses alih teknologi.
TB-Scan adalah produk inovasi Kit Radiofarmasi pertama di dunia untuk deteksi TB. Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk telah menghilirisasi Kit Radiofarmasi lainnya yang dipelajari dengan BRIN, seperti Kit MDP untuk deteksi pencitraan tulang, Kit DTPA untuk deteksi perfusi ginjal dan Kit MIBI untuk deteksi perfusi jantung.
“Kedepannya kami berkomitmen untuk selalu sukses dalam hilirisasi penelitian lainnya sehingga manfaatnya akan terasa,” jelasnya.
Pengembangan TB-Scan atau Ethambutol Kit dimulai pada tahun 2015. Namun, jauh sebelum penelitian ini dilakukan di laboratorium di Bandung, penelitian dilanjutkan untuk peningkatan kapasitas produksi di laboratorium di Serpong.
Wening Lestari, peneliti muda ahli sekaligus tim peneliti TB-Scan menjelaskan bahwa selama tahap penelitian, khususnya pada tahap capacity building, BRIN telah bekerjasama dengan PT.Kimia Farma. “Pada tahap ini kerjasama dilakukan melalui pendampingan dari PT Kimia Farma,” jelasnya.
Bantuan tersebut terkait dengan dokumen yang harus dipenuhi untuk pengembangan produk. Dokumen tersebut akan didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan nomor izin edar.
Uji klinis tersebut dilakukan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Data uji klinis yang sangat mendukung berhasil diperoleh dari kegiatan uji klinis ini.
TB Scan atau Ethambutol Kit ini telah mendapatkan izin edar dari BPOM dengan nomor DKL2112432144A1, tanggal 22 Februari 2021. Saat ini beberapa rumah sakit telah memesan produk TB-Scan, antara lain RS Karyadi, RS H. Adam Malik, RSPAD Gatot Soebroto. , dan Rumah Sakit MRCCC Siloam.
Baca juga: Kisah Lucy dan Mimpinya Kuliah di Inggris Melalui IISMA Scholarship
Selalu pembaruan informasi terbaru. Mendengarkan berita terkini dan berita terpilih dari Tempo.co di saluran Telegram “Pembaruan Tempo.co”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. kamu butuhInstall Aplikasi Telegram terlebih dahulu.