
Dr Deden Derajat Matra, dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, mengatakan dengan penelitian keanekaragaman hayati ini, ia dapat mengetahui jumlah kekayaan hayati yang sebenarnya dimiliki untuk diinventarisasi. Selain itu, teknik ini dapat dijadikan acuan untuk menentukan fungsi tanaman di masa depan.
“Metode ini dapat menghindari hilangnya data keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kerusakan alam atau lainnya,” kata Dr Deden Derajat Marta dalam pengantar pelatihan sekuensing portabel beberapa waktu lalu.
Deden menjelaskan penelitian di lapangan dengan teknologi ini sangat prospektif dalam meneliti keanekaragaman hayati tumbuhan di tengah percepatan kerusakan alam. Dengan memperoleh data secara real-time, dimungkinkan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang telah terdaftar di database DNA dunia seperti National Center for Biotechnology Information (NCBI) maupun calon spesies baru pada saat itu.
“Penggunaan yang luas dapat menentukan keanekaragaman hayati, terutama jenis mikroorganisme di lingkungan. Penggunaan alat ini tidak memerlukan infrastruktur laboratorium yang canggih, dan dapat digunakan dimana saja sehingga dapat dilakukan bahkan di dalam hutan,” tambah Dr. Deden.
Secara historis, penelitian menggunakan alat ini telah dirintis di IPB University bersama tim Prof. Iskandar Z Siregar sejak tahun 2020. Penelitian tersebut berhasil mengurutkan berbagai jenis kayu penting dan telah dipublikasikan di jurnal bereputasi terindeks Scopus. [] Hari
