Tekno  

Dosen Teknik Kosmetik ITERA Latih Produksi Minyak Magot Menjadi Bahan Kosmetik

BERITA ITERA. Tim dosen dari Program Studi Teknik Kosmetik Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendampingan peningkatan variasi produk dari peternak Maggot Hero Farm Lampung, berupa Larva Black Soldier Fly (BSF) (magot) minyak sebagai bahan baku kosmetik. Selama ini hasil sampingan maggot atau larva lalat jenis BSF berupa minyak lebih banyak digunakan sebagai pakan ternak. Padahal, berdasarkan beberapa penelitian internasional, minyak maggot memiliki sifat antimikroba dan emolien sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kosmetik dan obat-obatan, sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh dosen Teknik Kosmetik ITERA.

Pelatihan yang diadakan beberapa waktu lalu ini dilakukan oleh tim dosen dari Program Studi Teknik Kosmetika ITERA yang terdiri dari Suryaneta, ST, M.Si., Ph.D., apt. Kiki Yuli Handayani, M.Pharm. Sci., Dr. Achmad Gus Fahmi, S.Si., M.Si., Iwan Syahjoko Saputra, M.Si., Tikarahayu Putri, S.Pd., M.Si. dan Indah Puspita Sari, S.Pd., M.Si. Dalam kesempatan itu, Dr. Achmad Gus Fahmi melatih para peternak magot dalam proses pembuatan minyak jentik (magot) BSF baik secara kimiawi maupun fisik. Kedua metode ini dilakukan terlebih dahulu dengan terlebih dahulu mengeringkan dan membersihkan larva BSF hidup dari kotoran yang menempel. Selanjutnya larva dipanggang pada suhu 60°C selama 24-48 jam. Larva BSF kering dihaluskan dengan blender hingga menjadi tepung. “Selanjutnya tepung larva BSF diekstraksi secara kimia atau fisik untuk mendapatkan minyaknya,” kata Achmad.

Selanjutnya dilakukan ekstraksi kimia menggunakan pelarut heksana menggunakan metode Soxhlet. Dalam satu siklus ekstraksi dibutuhkan 150 gram sampel tepung larva BSF dan 1,5 liter pelarut heksana. Selanjutnya tepung yang telah ditimbang dibungkus dengan kertas saring hingga membentuk selongsong kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet. Kemudian pelarut dimasukkan ke dalam soxhlet dan labu sampai sampel terendam. Ekstraksi dilakukan pada titik didih selama 6 jam untuk menghasilkan residu dengan kadar lipid yang rendah. Selanjutnya, sampel hasil ekstraksi diuapkan dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dari minyak. “Selanjutnya cara fisik dilakukan dengan cara pengepresan menggunakan mesin press minyak, sehingga dihasilkan minyak magot,” kata Achmad.

Lemak dan minyak termasuk minyak belatung biasa digunakan dalam kosmetik sebagai komponen utama krim perawatan kulit. Trigliserida yang terkandung, biasanya bertindak sebagai emolien yang melembutkan kulit.

Sementara dosen lain, Suryaneta, ST, M.Si., Ph.D., yang menyampaikan bahwa lemak dan minyak termasuk minyak magot umumnya digunakan dalam kosmetik sebagai komponen utama krim perawatan kulit. Trigliserida yang terkandung, biasanya bertindak sebagai emolien yang melembutkan kulit. Secara khusus, lemak yang diekstraksi dari larva BSF, menurut Suryaneta, akan dievaluasi penggunaannya dalam formulasi krim tangan sebagai bukti prinsip untuk menunjukkan potensi penggunaan BSF sebagai sumber bahan perawatan kesehatan dan kecantikan.

Kepada para peternak magot, Suryaneta juga menyampaikan strategi pemasaran minyak Larva BSF dengan menjualnya secara online atau dengan mendistribusikannya ke industri kosmetik sebagai bahan baku kosmetik.

Salah satu petani Maggot Hero Farm Lampung, Miftah mengucapkan terima kasih atas kegiatan yang digagas oleh tim dosen ITERA. Miftah menilai pelatihan tersebut memberikan keterampilan baru bagi petani magot dalam menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. (Rilis/Humas)

Leave a Reply

Your email address will not be published.