Tim Gabungan Pencari Fakta Independen (TGIPF) mengungkapkan sejumlah temuan dalam proses investigasi Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 132 nyawa.
TGIPF menyoroti dua hal, yakni jadwal pertandingan yang digelar pada malam hari dan pengerahan satuan polisi anti huru hara.
Anggota TGIPF Rhenald Kasali menyatakan, ada indikasi pihak kuat yang mengatur pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya digelar malam hari.
“Misalnya kenapa? [pertandingan] malam itu juga sangat mungkin ada pihak-pihak tertentu yang memiliki kewenangan untuk mengaturnya pada malam hari,” kata anggota TGIPF Rhenal Kasali di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (10/10).
“Saya tidak bisa, kami tidak bisa mengatakannya meskipun Anda bisa menciumnya,” katanya.
Dia menyatakan, TGIPF sedang menyelidiki alasan pertandingan Arema dengan Persebaya digelar pada malam hari. Padahal polisi sudah merekomendasikan pertandingan digelar pada sore hari.
TGIPF, kata dia, juga sempat mengajukan pertanyaan terkait pengerahan PHH Polri ke Stadion Kanjuruhan.
Namun, TGIPF hanya mendapat penjelasan tentang satu tingkat komando yang memberi perintah.
“Tadi kita bahas berapa tingkatan. Menurut Kompolnas, hanya satu tingkat di atasnya, itu yang saya dengar. Sedangkan menurut ketentuan, dua tingkat di atasnya,” katanya.
Ketua TGIPF Mahfud MD mengatakan akan segera menganalisis serta menarik kesimpulan dan rekomendasi.
“Jadi mudah-mudahan saya bisa menyampaikan laporan itu ke Presiden pada Jumat pekan ini,” kata Mahfud di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Rabu (12/10).
Jika ada yang perlu diperbaiki terkait aturan yang ditetapkan FIFA, maka TGIPF akan membicarakannya dengan FIFA yang akan mengirimkan tim ke Indonesia.
“Namun jika kesalahan tersebut terkait dengan peraturan perundang-undangan, maka kami akan merekomendasikan terobosan hukum baru untuk memastikan pertandingan sepak bola dan kompetisi sepak bola nasional berjalan dengan sehat dan bertanggung jawab,” katanya.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022, usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Awalnya suporter Arema tampak turun ke area lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata ke lapangan dan tribun stadion. Akibatnya, penonton lari panik.
Mereka berlari ke pintu keluar tercekik dan terinjak-injak sampai mati. Sejauh ini, 132 orang telah tewas, dua di antaranya adalah polisi.
Atas kejadian ini, pemerintah membentuk TGIPF untuk mengusut dan mengusut tuntas tragedi naas tersebut.
(yaa/bmw)
[Gambas:Video CNN]