Elon MuskCEO baru Twitter, mengaku menarik aktivis hak asasi manusia dan kelompok yang rentan terhadap ujaran kebencian di Dewan Moderasi Isi.
“Dewan moderasi konten Twitter akan mencakup perwakilan dengan pandangan yang beragam, yang tentunya akan mencakup komunitas dan kelompok aktivis hak asasi manusia yang menerima ujaran kebencian.,” cuit miliarder kelahiran Afrika Selatan itu, melalui akun @elomusk, Rabu (2/11).
Dewan moderasi konten Twitter akan mencakup perwakilan dengan pandangan yang sangat berbeda, yang tentunya akan mencakup komunitas hak-hak sipil dan kelompok-kelompok yang menghadapi kekerasan yang dipicu oleh kebencian.
— Elon Musk (@elonmusk) 2 November 2022
Pernyataan Musk dibuat sebagai tanggapan atas tweet oleh Yoel Roth, yang menjabat sebagai Kepala Keamanan & Integritas di Twitter.
Yoel dalam akunnya @yoyoel menekankan bahwa Twitter tetap waspada penuh terhadap upaya untuk memanipulasi pembicaraan tentang pemilihan paruh waktu AS yang akan diadakan pada 8 November.
“Kami tetap waspada terhadap upaya untuk memanipulasi pembicaraan tentang pemilihan AS 2022,” tulis Joel.
Kami tetap waspada terhadap upaya untuk memanipulasi percakapan tentang ujian tengah semester AS 2022. Baca terus untuk analisis independen dari pekerjaan tim kami https://t.co/O2MFNqCTY2
— Yoel Roth (@yoyoel) 2 November 2022
Musk kemudian menjawab dengan mengatakan dia telah berbicara dengan sejumlah tokoh publik AS.
Dia merinci para aktivis ini, termasuk Jonathan Greenblatt, CEO Liga Anti-Pencemaran Nama Baik; Yael Eisenstat, wakil presiden Liga Anti-Pencemaran Nama Baik; aktivis hak asasi manusia Rashad Robinson yang juga presiden Color of Change;
Jessica Gonzales, advokat isu rasial yang juga CEO Free Press; CEO, The Asian American Foundation; Derrick Johnson, pengacara hak asasi manusia CEO dari National Association for the Advancement of Colored People (NAACP); Ken Hersch (tanpa detail); Sindy Benavides, CEO Liga Warga Amerika Latin Bersatu (LILAC); ke The Bush Center milik mantan Presiden AS George W. Bush.
kita bicara”tentang bagaimana Twitter akan terus memerangi kebencian & pelecehan & menegakkan kebijakan integritas pemilihannya.”
Musk sendiri sejak sebelum resmi mengakuisisi Twitter kerap menggalakkan kebebasan berbicara. Ia juga memprediksi akan mengembalikan akun mantan Presiden AS Donald Trump yang diblokir karena memprovokasi massa dalam pemilihan presiden AS 2020.
Sekarang, secara resmi pemiliknya, Musk mengatakan “Twitter tidak akan mengizinkan siapa pun melakukan de-platform karena melanggar aturan Twitter kembali ke platform sampai kami memiliki proses yang jelas untuk melakukannya, yang akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu lagi.“
Dalam pesan bertajuk Dear Twitter Advertisers, Kamis (27/11), Musk juga membeberkan alasan dia mengakuisisi perusahaan tersebut.
Musk merasa ada sinyal bahaya bahwa Twitter mulai condong ke “ruang gema ekstrem kanan dan ekstrem kiri yang akan menghasilkan banyak ujaran kebencian dan perpecahan.”
[Gambas:Video CNN]
(lth)