Tekno  

Emisi Karbon Musuh Bersama, Tanpa Kolaborasi Sulit Dihapus

Jakarta

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, mengatakan emisi karbon merupakan musuh bersama. Melalui kalimat tersebut, Toyota ingin berkolaborasi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060.

“Karbon adalah musuh kita, karbon adalah musuh bersama kita, dan tanpa kerjasama semua sektor akan sangat sulit untuk mencapai target net zero emisi,” kata Nandy Julyanto saat seminar di Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya , Jawa Timur, Selasa (11/02). 10/2022).

Emisi karbon di berbagai sektor harus dipangkas, bahkan dihilangkan dan diganti dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Nandy mengatakan, terutama sumber energi yang diadopsi harus menggunakan EBT.

“Perlu kita garis bawahi bersama bahwa kontribusi sektor energi dalam mengadopsi energi baru dan terbarukan (EBT) sangat penting untuk mencapai emisi nol bersih. EBT merupakan bagian dari integrasi dan kunci sukses menuju energi bersih dan ramah lingkungan sebagai energi alternatif pengganti konvensional seperti bahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi sumber energi utama,” kata Nandy.

Selain memperkenalkan produk dengan konsep multi jalur, dari hybrid hingga Battery Electric Vehicles. Toyota saat ini mulai menggunakan energi terbarukan dalam proses manufakturnya.

“Di Toyota, kami mendukung komitmen untuk mendukung penggunaan sumber EBT sebagai kontribusi untuk mengurangi emisi CO2, termasuk mendorong penggunaan biofuel, menerapkan teknologi rendah emisi dalam proses produksi, secara bertahap memanfaatkan EBT di bidang manufaktur,” ujarnya. dikatakan.

“Industri otomotif saat ini sedang melakukan transisi menuju elektrifikasi dan teknologi ramah lingkungan, Toyota ingin berkontribusi dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan efisiensi bahan bakar, dalam hal ini kami tidak hanya mengelola hilir, atau pada produk mobil, tetapi mulai dari proses manufaktur. untuk mendukung sumber energi ramah lingkungan di pembangkit listrik,” lanjut Nandy.

Ironisnya, jika mengacu pada data potensi yang ada, terjadi ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan energi di masa mendatang. Energi terbarukan tidak dapat dimanfaatkan untuk total kebutuhan energi Indonesia. Ambisi Indonesia menuju emisi nol bersih bisa pupus.

“Saat ini total potensi (EBT) kita 417,8 gigawatt, yang saat ini baru terpakai 2,5 persen (10,4 giga watt),” kata Guru Besar ITS Joni Hermana dalam paparannya di kesempatan yang sama.

Selanjutnya, ektrifikasi akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan konversi pembangkit listrik tenaga fosil menggunakan energi terbarukan.
Emisi karbon hanya ditransfer ke generator. Oleh karena itu, semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil perlu diganti dengan pembangkit energi terbarukan.

“Saat kita ingin beralih ke sistem EBT, kita hanya fokus pada transportasi untuk menjadi pengguna terbesar. Kalau kita hanya mengganti energi listrik, sedangkan sumbernya batu bara, pengurangan karbonnya tidak akan signifikan,” ujarnya.

Tonton video”Indonesia Ajak Negara G20 Capai Net Zero Emission
[Gambas:Video 20detik]
(riar/din)

Leave a Reply

Your email address will not be published.