Rivalitas antar pendukung harus dihentikan agar tidak lagi menimbulkan korban jiwa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan transformasi sepak bola Indonesia harus dilakukan bersama-sama dengan semua pihak. pemangku kepentingan, termasuk para penggemar. Transformasi sepakbola ini menjadi fokus utama FIFA dan pemerintah pasca tragedi di Kanjuruhan, Malang.
“Tidak mungkin bagi para penggemar untuk tidak menjadi bagian dari transformasi. Transformasi kesuksesan Inggris dalam persepakbolaan nasionalnya adalah ketika suporter menjadi bagian dari transformasi itu,” kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (11/10).
Salah satu bentuk pelibatan suporter dalam transformasi persepakbolaan Indonesia adalah dengan membangun database bersama dan berdamai bersama. Erick menegaskan rivalitas antar suporter harus dihentikan agar tidak memakan korban lagi.
Menurutnya, sepak bola harus menjadi pemersatu masyarakat, bukan pemecah belah. “Kami punya anak, kami punya keluarga, kami punya saudara, kami punya saudara. Ketika hal seperti ini terjadi, itu pasti sesuatu yang sangat menyedihkan,” katanya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan, Presiden FIFA Gianni Infantino akan datang ke Indonesia pada 18 Oktober untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna membahas transformasi sepakbola Indonesia. Sebelumnya, Jokowi sudah berkomunikasi dengan Presiden FIFA usai kerusuhan yang terjadi.
Salah satu hal yang dibahas dalam komunikasi tersebut adalah upaya untuk mengaudit fasilitas lapangan sepak bola di Indonesia agar sesuai dengan standar internasional atau nasional. “Standar nasional seperti apa, standar internasional seperti apa. Salah satunya CCTV, penonton dan pemain tidak bisa bersama-sama,” imbuhnya.
Selain itu, surat yang dikirimkan FIFA kepada Jokowi juga membahas standarisasi keamanan bersama. Sehingga panitia pelaksana dan TNI-Polri memiliki pemahaman yang sama mengenai standar keselamatan dalam pertandingan.
“Jadi jangan saling menyalahkan. Apalagi kejadian kemarin sangat menyayat hati, menewaskan korban,” ujarnya.
Tak hanya itu, FIFA juga menggarisbawahi bahwa jadwal pertandingan harus sesuai dengan kesepakatan berbagai pihak. Sehingga dukungan dari aparat keamanan dapat dipastikan kesiapannya dan pertandingan juga tidak akan menimbulkan kemacetan jika digelar di kota-kota besar.
“Misalnya musim depan bulan ini sampai bulan ini, sekarang, jadwal pertandingan dan izin berada di bawah satu atap, tidak boleh ada shift. Sangat mungkin mendukung Bukannya keamanan tidak siap atau masyarakat di hari-hari kantor tidak padat, ”kata Erick.
Untuk memastikan proses transformasi sepakbola Indonesia berjalan optimal, FIFA akan berkantor di Indonesia. Namun, Erick belum bisa memastikan berapa lama FIFA akan bermarkas di Indonesia. “Ya, mungkin 3-6 bulan, bisa setahun. Tergantung kesadaran dan kemauan kita. Saya kira dalam surat itu jelas bahwa FIFA tidak memprioritaskan sanksi, tetapi transformasi sepakbola harus terjadi,” kata Erick.