FIFA pastikan untuk mengerahkan para ahli untuk membantu PSSI melakukan perbaikan pada sepak bola nasional setelah tragedi Kanjuruhan.
Koordinator Proyek Pengembangan FIFA Niko Nhouvannasak menjelaskan bahwa induk organisasi sepak bola dunia akan memberikan arahan kepada PSSI.
“Kami telah mengerahkan para ahli kami untuk membantu PSSI membuat rencana aksi. FIFA, AFC dan PSSI kami bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua orang di Indonesia dapat menikmati sepak bola dengan cara terbaik,” kata Nhouvannasak di Senayan, Jakarta, Rabu (12/10) sore.
FIFA saat ini masih mengumpulkan informasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Berdasarkan informasi tersebut, FIFA kemudian akan mengadakan pertemuan untuk menghasilkan action plan dengan timeline yang konkrit untuk memastikan pelaksanaan kompetisi.
Dalam pertemuan tersebut, FIFA juga menyampaikan belasungkawa atas insiden yang menewaskan 132 orang tersebut.
“FIFA dan AFC ada di sini, bersama PSSI, untuk memastikan dukungan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan,” kata Nhouvannasak.
Seperti yang disebutkan sebelumnya oleh Presiden Joko Widodo, FIFA dan Indonesia akan bekerja sama untuk membawa perubahan dalam sepakbola domestik.
Ada lima poin yang ditekankan, yakni standar stadion, prosedur operasional penanganan keamanan, keterlibatan pihak terkait termasuk suporter dan klub, jadwal pertandingan, serta mempelajari bagaimana negara lain menata negara lain yang memiliki manajemen yang baik.
|
Tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa kelam. Ketua FIFA Gianni Infantino menyebut tragedi di stadion kandang Arema FC sebagai hari yang kelam bagi sepak bola.
Sejauh ini, Polri telah menetapkan enam tersangka terkait tragedi Kanjuruhan, yakni Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ahmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Arema Malang Abdul Haris, Petugas Keamanan Suko Sutrisno, Kabag Divisi Operasi Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi, Komandan Kompi Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarman.
[Gambas:Video CNN]
(ikh/nva)
