Sidoarjo (ANTARA) –
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan empat hal dalam proses belajar mengajar khususnya bagi siswa, yaitu ta’lim (mengajar), tadris (belajar), ta’dib (kesopanan) dan tarbiyah (pengasuhan).
“Empat konsep pendidikan tersebut dilaksanakan dengan tujuan membentuk manusia yang berakhlak mulia serta cerdas dan benar,” ujarnya di sela-sela peresmian pembangunan Asrama Putra di Pondok Pesantren Al Fattah, Sidoarjo, Minggu.
Dikatakannya, ketika pesantren berbasis asrama, proses tarbiyah atau parenting bisa berjalan lebih intens. Kemudian ta’dib, atau proses kesopanan atau kesopanan, dapat dipertahankan, diperkenalkan dan dipraktikkan lebih intens.
“Oleh karena itu, harapannya ketika ada profesional dari berbagai sektor, penguatan dalam hal kesantunan atau kesopanan sangat penting. Termasuk kekuatan parenting juga penting,” ujarnya.
Empat item format pendidikan ini, kata Gubernur Khofifah, jika dikemas dalam pendidikan di pondok pesantren menjadi lembaga yang bisa menghadirkan Islam rahmatan lil alamin.
Artinya, lanjutnya, Islam yang menumpahkan dan menebarkan kedamaian dan cinta kasih kepada seluruh alam membangun hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia serta antara manusia dengan alam.
“Melihat cinta lingkungan berarti tidak merusak lingkungan. Misalnya untuk mencapai target net zero emisi, bagaimana hubungan manusia dengan alam bisa dibangun,” kata Khofifah.
Ia mengatakan, misalnya dengan menanam, hubungan manusia dengan alam dibangun dengan mengatakan efisiensi teknologi yang dapat memberikan kemudahan dari aksesibilitas kehidupan seluruh masyarakat.
“Inilah hubungan manusia dengan alam,” jelasnya.
Menurutnya, di pesantren hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia sudah terjalin kuat. Ini hanya soal membangun keseimbangan dan memperkuat hubungan antara manusia dan alam.
“Jika menghadirkan Islam rahmatan lil alamin, maka sebenarnya hubungan manusia dengan alam juga harus menjadi bagian integral dari pola belajar dan pola dakwah kita,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah Muhammad Fauzan berharap pesantren menjadi pionir untuk menjadi lembaga yang menerapkan nilai-nilai rahmatan lil alamin.
Menurutnya, dengan mengutamakan akhlak yang baik, tidak akan terjadi kekerasan, baik di lembaga pendidikan maupun di rumah.
“Dengan dukungan SDM dan infrastruktur dari Pemprov Jatim, hal itu bisa kita wujudkan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Sukadiono yang mengatakan kepada rahmatan lil alamin, pembelajaran tidak hanya diberikan kepada santri, tetapi pembelajaran akhlak juga harus ditanamkan pada santri di pondok pesantren.
“Tidak hanya pengajaran, tetapi implementasi juga dilakukan agar siswa menjadi pribadi yang membawa rahmat, dapat menyatu dengan sesama manusia dan alam,” ujarnya.