Tekno  

Gugus Tugas Transformasi Sepak Bola, Mimpi atau Solusi?

Jakarta, CNN Indonesia

Gugus Tugas Transformasi Sepak Bola punya ‘beban’ membawa sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik setelahnya Tragedi Kanjuruhan.

Tim ini merupakan kelanjutan dari tim transformasi yang disebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai menerima surat dari FIFA pekan lalu.

Satgas Transformasi Sepakbola terdiri dari PSSI, FIFA, AFC, Polri, Kemenpora, Kemendagri, Kemen PUPR, dan Kemenkes.

Grup ini nantinya akan menjadi motor perubahan sepak bola Indonesia setelah tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu.

Tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa tergelap dalam sejarah sepak bola Indonesia. Insiden yang terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Liga 1 2022/2023 menewaskan 132 orang.

Sebagian besar korban tewas berasal dari suporter tuan rumah Arema FC, sedangkan dua lainnya adalah polisi.

Para korban mengembuskan napas terakhir setelah ditembakkan dengan gas air mata. Gas air mata, yang dilarang FIFA untuk digunakan dalam pertandingan sepak bola, ditembakkan ke tribun penonton.

Tembakan dan gas air mata menyebabkan kepanikan di antara penonton. Alhasil, para penonton pun bergelimpangan, berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri.




Spanduk streaming langsung MotoGP 2022

Sial bagi para pendukung, upaya menyelamatkan diri sepertinya nihil karena sejumlah pintu stadion ditutup. Dalam situasi panik, para penggemar akhirnya terinjak-injak hingga sesak napas.

Korban tewas sebanyak 132 orang tersebut merupakan yang tertinggi kedua dalam tragedi kelam sepak bola dunia setelah Tragedi Lima tahun 1964 yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Beruntung bagi Indonesia karena tidak mendapat sanksi dari AFC atau FIFA atas insiden yang menjadi ‘rekor baru’ itu.

PSSI sendiri menolak mundur dengan dalih tidak ingin lari dari tanggung jawab. Ironisnya, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan sempat mengatakan bahwa bukan pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan, melainkan Panpel Arema.

Setelah berbagai drama dan di tengah investigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Tim Gabungan Pencari Fakta Independen (TGIPF), maka dibentuklah Satgas Transformasi Sepak Bola.

Salah satu tujuan satgas ini adalah mensinkronisasikan keamanan sesuai regulasi FIFA dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam kelayakan stadion. Masalah keamanan ini erat kaitannya dengan Tragedi Kanjuruhan dimana gas air mata digunakan untuk menjegal suporter.

Dalam peraturan FIFA tentang Keselamatan dan Keamanan Stadion, khususnya Pasal 19 tentang Penjaga Lapangan, poin B, penggunaan senjata api dan gas air mata dilarang.

Beberapa klub Liga 1 dapat memberlakukan peraturan ini. Polisi yang dimintai bantuan mengamankan pertandingan hanya menggunakan pelindung tubuh berupa tongkat. Tidak ada gas air mata.

[Gambas:Video CNN]

Melihat klub-klub bisa menerapkan peraturan tersebut, agak aneh jika Satgas Transformasi Sepakbola hadir untuk sepak bola Indonesia yang lebih baik setelah insiden malang di Malang.

Karena sebenarnya PSSI sejak awal mampu konsisten dengan regulasi tersebut, tidak menutup mata, apalagi memotong secara selektif.

Namun, pembentukan satgas ini perlu diapresiasi kembali dengan harapan sepakbola Indonesia benar-benar lebih baik.

Merujuk pada salah satu perannya dalam meningkatkan keamanan dan keselamatan, satgas ini perlu berkoordinasi dengan baik dengan Polri dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Tidak bisa dipungkiri bahwa karakter suporter di setiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Pendekatan keamanan, polisi dan TNI juga akan berbeda terhadap pendukung.

Namun, jika suporter bisa menyepakati aturan yang ditetapkan FIFA terkait kewajiban suporter di stadion, maka masalah keamanan dari kepolisian juga bisa diseragamkan sesuai regulasi FIFA.

Baca lanjutan berita ini di halaman selanjutnya>>>


Hasil Satgas Bukan Hanya Formalitas

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Leave a Reply

Your email address will not be published.