TEMPO.CO, Jakarta – Rati Mola, perempuan nelayan di Desa Apara, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, sibuk di dermaga sejak Kamis subuh, 29 September 2022. Tangannya terampil membersihkan ikan. balon (hemiramphidae), yaitu jenis ikan yang terdapat di perairan hangat, yang diolah menjadi ikan asin.
Ada 5 kilogram ikan balon atau sekitar 200 ekor ikan yang dicuci Rati pagi itu. Wanita berusia 32 tahun itu mengatakan jumlahnya kecil. Karena, biasanya dia membersihkan hingga 1000 ikan balon per hari.
Di dermaga Desa Apara, Rati ditemani puluhan ibu-ibu lain yang membantu perekonomian keluarga dengan mengolah hasil tangkapannya menjadi ikan asin. Setelah diasinkan dan tiga hari di bawah sinar matahari, ikan asin balon siap dijual dengan harga Rp 50 ribu – Rp 60 ribu per kilogram.
“Aku membersihkan ikan balon dari jam 5 pagi sampai selesai. Sehari kadang membersihkan 5 sampai 6 baskom ikan. Setelah dibersihkan, ikan dijemur dan baru setelah itu saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, termasuk mengurus anak dan suami,” kata Rati kepada Tempo.
Di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Rati rutin memeriksa ikan asin kering. Karena ikan harus dibalik agar kering merata dan tidak terkena hujan.
Baca juga: Alien Mus: Potensi Sumber Daya Ikan Indonesia yang Melimpah
Biasanya, Rati hanya tidur sekitar jam 9 malam. Hasil pengolahan ikan asin ini, sudah mampu menyekolahkan ketiga anaknya ke sebuah pondok pesantren di Tual, Maluku.
Meski berprofesi sebagai nelayan, KTP Rita hanya tertulis sebagai ibu rumah tangga. Tak sedikit rekan profesionalnya di Desa Apara yang bahkan melaut mencari ikan, tidak diakui sebagai nelayan.
Profil Kepulauan Aru. Sumber: TEMPO
Sila Djaman Muna, 40 tahun, contoh lain. Sebelum menjadi pedagang asongan di kapal yang memasuki ibu kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Sila membantu suaminya yang berprofesi sebagai nelayan mengolah hasil tangkapan.
Ikan hasil laut suaminya dibersihkan oleh Sila kemudian dijual ke pasar. Dia juga yang menentukan harga jual ikan.
Seiring bertambahnya kebutuhan rumah tangga, Sila sadar harus membuat terobosan, apalagi suaminya tidak setiap hari melaut karena cuaca. Ikan hasil tangkapan tersebut kemudian dimasak agar nilai jualnya lebih mahal dibandingkan ikan mentah. Ikan siap santap itu kemudian dijajakan Sila di atas kapal yang baru saja mendarat di Kota Dobo.
Sila mengaku sudah mencantumkan statusnya sebagai ibu rumah tangga di KTP-nya, namun jika ada yang bertanya apa pekerjaannya, dia lebih suka memanggilnya pedagang asongan.
“Sulit mengurusnya (perubahan KTP),” kata Sila.
Karena status di KTP memanggilnya ibu rumah tangga, jika ingin mengajukan pinjaman ke koperasi harus ke desa dulu untuk mengurus perubahan identitas yang menyatakan bahwa dia memiliki pekerjaan yang memungkinkannya. untuk melunasi hutangnya.
Selanjutnya: Petugas Dukcapil kaget….