Tekno  

Ini Inovasi Mahasiswa Kendalikan Produksi Sumur Lama Blok Mahakam – Sentral Berita

Dokumentasi: Mahasiswa UPER, Fransisca Indah Permatasari, mempresentasikan penelitiannya di The 46th IPA Convention and Exhibition, 2022.

pusat berita | Jakarta ~ Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan minyak bumi Indonesia terus tergerus dalam satu dekade terakhir. Pada 2011, cadangan minyak Indonesia tercatat 7,73 miliar barel. Pada 2021, cadangan minyak Indonesia hanya 3,95 miliar barel, dengan cadangan terbukti 2,25 miliar barel dan potensi cadangan 1,7 miliar barel.

Provinsi Kalimantan Timur sebagai salah satu daerah penghasil minyak terbesar di Indonesia juga mengalami penurunan jumlah cadangan migas. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur mencatat jumlah produksi minyak di Provinsi Kalimantan Timur terus menurun setiap tahunnya dari tahun 2019 sebesar 21 juta barel hingga 2021 sebesar 17 juta barel.

Fransisca Indah Permatasari, mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina, mengusulkan solusi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bahkan di sumur tua. Penelitiannya mendapatkan penghargaan Best Oral Presentation pada kompetisi The 46th IPA Convention and Exhibition untuk kategori Karya Tulis Mahasiswa 2022.

“Saya melakukan penelitian ini dengan mengambil data dari Blok Mahakam. Saat ini Blok Mahakam memiliki sumur migas yang sudah cukup tua, sehingga produksi minyak mau tidak mau akan berada di reservoir yang lebih dangkal. Tantangannya kalau produksi di waduk dangkal, khawatir yang didapat bukan migas, tapi pasir,” jelas Fransisca dalam wawancara online, Sabtu (10/8).

Untuk menghindarinya, Fransisca menawarkan metode pengendalian pasir agar pasir tidak terambil selama proses eksploitasi. “Cara kerjanya menggunakan resin berbahan dasar air. Resin ini berfungsi seperti lem yang bisa mengikat dan menahan pasir dan batu di dasar sumur,” kata Fransisca.

Inovasi resin berbahan dasar air yang ditawarkan Fransisca juga menjadi solusi pemanfaatan minyak dan gas bumi dengan biaya yang lebih terjangkau. Dalam makalahnya yang berjudul “Evaluation of Tight Injectivity For Sand Consolidation Treatment: A Case Study in Mahakam”, disebutkan bahwa setidaknya inovasi produksi dengan metode resin water-based dapat menekan biaya hingga 20 persen lebih rendah dibandingkan metode konvensional (pelarut). berbasis resin).

“Jika menggunakan metode resin berbasis pelarut, dibutuhkan 81,17 barel untuk produksi. Sedangkan metode resin berbahan dasar air lebih rendah 20 persen menjadi hanya 64,08 barel. Artinya biaya yang dibutuhkan juga akan lebih rendah,” pungkas Fransisca.

Keuntungan lain menggunakan resin berbasis air adalah lebih aman untuk disuntikkan ke dalam sumur. Karena penggunaan bahan kimia yang lebih sedikit, tingkat viskositas resin berbasis air lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi tekanan yang dibutuhkan dalam proses injeksi resin ke dalam sumur sehingga proses eksploitasi minyak dan gas menjadi lebih aman.

Konvensi dan Pameran IPA ke-46 ini diikuti oleh peserta dari berbagai daerah. Tidak hanya mahasiswa, kegiatan ini juga diikuti oleh berbagai instansi dan praktisi. Dalam kompetisi Student Paper, Fransisca mewakili Universitas Pertamina, bersama sembilan universitas terpilih lainnya berkesempatan mempresentasikan penelitiannya di IPA Convention and Exhibition.

Bagi mahasiswa yang tertarik dengan isu pengembangan teknologi dan bisnis energi dapat menjadikan Program Studi Teknik Perminyakan sebagai pilihan. Ada berbagai macam peluang penerimaan dan beasiswa yang akan dibuka untuk Tahun Pelajaran 2022/2023 mendatang. Informasi lengkap mengenai program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id. (01/merah)


Leave a Reply

Your email address will not be published.