CANTIKA.COM, Jakarta – Pakar teknologi pangan Hindah Muaris mengatakan, salah satu cara untuk meningkatkan gizi dan mengurangi stunting di masyarakat adalah melalui makanan tradisional yang saat ini mulai ditinggalkan karena dianggap kurang praktis.
“Strategi gastronomi dengan menu gizi seimbang dari bahan pangan lokal yang diolah menjadi berbagai masakan lezat dan sehat dapat meningkatkan gizi anak dan mengurangi stunting,” ujar lulusan Teknologi Pangan Gizi Institut Pertanian Bogor dalam “Deklarasi Konsensus Gizi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional” di Jakarta, Senin 17 Oktober 2022.
Hindah mengatakan, makanan tradisional kini mulai ditinggalkan masyarakat karena dianggap tidak praktis dalam penyajiannya. Padahal dalam sebuah mangkok kuliner, berbagai macam kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Lebih lanjut dosen Institut Pertanian Bogor ini mengatakan, contoh makanan tradisional yang bisa dibuat sangat bergizi adalah sayur lodeh dan sop. Makanannya bisa berupa lima warna sayuran, seperti ungu dari terong, hijau dari buncis atau labu siam, kuning dari wortel, merah dari tomat dan lain-lain.
Bahan baku pembuatan sayur lodeh dan soto juga mudah didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau. “Anak-anak sekarang malas beli online, padahal contoh makanan tradisional yang paling sepele adalah sayur lodeh. Bisa dibuat sangat bergizi dengan lima warna, warna sayur ini mempengaruhi zat aktif yang ada di makanan tersebut,” kata Hindah.
Indonesia masih menghadapi masalah gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia yaitu stunting. Meski angka prevalensi stunting di Indonesia telah turun menjadi 24,4 persen pada tahun 2021 dari 26,92 persen pada tahun 2022, namun fakta tersebut dinilai masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar WHO yang tidak lebih dari 20 persen.
Menurut Hindah, kampanye masalah pangan ini harus digalakkan, terutama bagi generasi muda untuk mulai membiasakan mengonsumsi makanan tradisional.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional yang kaya gizi ini diharapkan dapat menurun di keluarganya ke depan sehingga kasus stunting juga diperkirakan akan mencapai 14 persen pada tahun 2024. konsumsi pangan yang beragam terutama yang menggunakan bahan-bahan lokal yang tidak kalah bergizi seperti tempe. Kaya akan protein yang dapat mencegah terjadinya stunting dini,” kata Hindah.
Sebelumnya, Indonesian Gastronomy Community (IGC) menyatakan konsensus dari para ahli di berbagai bidang, yaitu bidang pangan, budaya, sosio-antropologi, dan kesehatan tentang peran nutrisi dan hidrasi melalui makanan tradisional untuk pencegahan stunting yang didukung oleh Danone Indonesia. . Hasil konsensus tersebut akan disampaikan kepada pengambil kebijakan sebagai bentuk tindak lanjut atas komitmen dan dukungan IGC dan Danone Indonesia untuk pencegahan stunting di Indonesia. Inisiatif ini juga akan menjadi gerakan atau program kerja untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan pangan lokal di berbagai daerah di Indonesia.
“Sebagai komunitas yang mengemban misi melestarikan makanan dan minuman Indonesia untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia, serta komitmen dan dukungan IGC terhadap upaya pencegahan stunting di Indonesia, telah disepakati para ahli. Kami memfasilitasi para ahli konsensus melalui pendekatan gastronomi untuk menghasilkan sikap dan kebijakan bersama dalam menangani stunting,” kata Ketua IGC, Ria Musiawan.
Membaca: 4 Strategi Pemberian MPASI untuk Mencegah Stunting