Persepsi di masyarakat bahwa yang dikejar hanyalah sertifikat, bukan kompetensi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pj Direktur Jenderal Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan, jumlah perguruan tinggi kita lebih dari 4.000, atau dua kali lipat dari China. Namun, tantangan pendidikan tinggi bukan hanya akses yang tidak merata.
“Tantangan kita bukan hanya akses pendidikan tinggi yang belum merata,” kata Nizam dalam webinar Pendidikan Tinggi Masa Depan yang dipantau di Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Selain itu, persepsi yang ada di masyarakat bahwa yang dikejar hanyalah sertifikat, bukan kompetensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menekankan bahwa yang terpenting adalah relevansi dan mutu pendidikan tinggi.
“Perlu kami tekankan bahwa pendidikan tinggi memberikan nilai tambah bagi produktivitas anak-anak kita. Tentang daya saing dan kelincahan dengan konteks dunia kerja yang dinamikanya luar biasa,” jelasnya.
Pemerintah telah melakukan upaya strategis dan langkah cepat untuk menciptakan SDM berdaya saing yang dibutuhkan dunia kerja melalui Kampus Belajar Merdeka (MBKM). “Melalui MBKM pembelajaran dilakukan tidak hanya berbasis pembelajaran, tetapi juga berbasis proyek,” ujarnya lagi.
Tantangan lainnya adalah anggaran yang diberikan pemerintah kepada perguruan tinggi negeri (PTN) hanya 30 persen dari kebutuhan minimal atau masih sepersepuluh anggaran untuk kampus-kampus di Malaysia. Padahal, kampus-kampus di Singapura, yakni National University of Singapore dan Nanyang Technological University, memiliki anggaran riset sebesar US$10 miliar per tahun.
Pemerintah melalui program dana pendamping berusaha mengajak pihak swasta bekerjasama dengan kampus untuk menyempurnakan penelitian yang sudah ada. Menurutnya, jika tidak berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan ekonomi, anggaran penelitian yang masih kecil akan semakin tidak jelas arahnya.
Kemendikbud juga menyediakan ICE Institute yang merupakan konsorsium dari 15 universitas yang diketuai oleh Universitas Terbuka. Sehingga dapat membantu perguruan tinggi swasta (PTS) di daerah untuk dapat mengakses pembelajaran yang berkualitas.
Dalam kesempatan itu, Nizam juga mendorong perlunya sinergi pengelolaan perguruan tinggi khususnya yang ada di kementerian dan lembaga lain yang anggaran pendidikan tinggi lebih besar dari anggaran pendidikan tinggi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Jumlah ‘pendeta’ memperumit sinergi dalam penataan penyiapan SDM unggul di masa depan. Pada tahun 2022, anggaran pendidikan tinggi kita adalah Rp 22 triliun, jauh lebih rendah dari universitas di bawah kementerian dan lembaga lain yang unit cost-nya 13 hingga 20 kali lebih tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jumlah mahasiswanya juga jauh lebih kecil dari PTN kita,” imbuhnya.
sumber : Antara