Sumber Foto: Dispenal
JAKARTA, Hariankota.com – Dua kapal MCMV (Mine Counter-Measure Vessel) memperkuat armada TNI AL. Kapal perang jenis Buru atau Minesweeper ini diproduksi oleh Galangan Kapal Abeking & Rasmussen (A&R), Jerman.
Ship Naming atau penamaan kedua kapal tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Yudo Margono di Galangan Kapal Abeking & Rasmussen, Lemwerder, Jerman
Dalam keterangan resmi yang dirilis Infopublik, dua unit kapal MCMV 60 diberi nama Pulau Fani dan Pulau Fanildo, serta kapal Ship Launching 1 yaitu Pulau Fani yang diberi nama .
Kedua kapal jenis MCMV buatan A&R ini lebih canggih dengan teknologi perang ranjau modern dibandingkan dengan kapal pemburu ranjau yang telah dioperasionalkan TNI AL saat ini.
Kedua kapal tersebut memiliki keistimewaan yaitu terbuat dari baja non-magnetik yang saat ini hanya ada di galangan kapal di luar Indonesia, memiliki sistem degausing untuk mengurangi daya magnet kapal, dan dilengkapi dengan penggerak motor listrik untuk mengurangi tingkat kebisingan.
Selain itu memiliki dimensi yang lebih besar dengan panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter, memiliki peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak bawah air, memiliki ROV (Remotely Operated Vehicle) untuk identifikasi dan netralisasi ranjau, AUV (Autonomous Kendaraan). Underwater Vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak bawah air, dan akan dilengkapi dengan USV (Unmanned Surface Vessel) yang merupakan kapal tanpa awak untuk berburu dan menyapu ranjau.
Pembangunan kapal perang yang berkelanjutan merupakan program prioritas bagi Kepala Staf Angkatan Laut yang berkomitmen untuk meningkatkan dan mengembangkan kekuatan dan kemampuan pertahanan secara profesional, khususnya pertahanan dimensi kelautan, yang membutuhkan teknologi dan pengembangan yang sangat dinamis.
Laksamana Kasal Yudo menjelaskan urgensi pengadaan kedua kapal tersebut karena Indonesia memiliki laut yang sangat luas, dimana 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari lautan dimana masih banyak sisa ranjau laut sisa Perang Dunia II, disamping perkembangan yang dinamis. teknologi senjata tambang. saat ini.
“Angkatan Laut Indonesia membutuhkan kapal MCMV untuk menjaga perairan Indonesia tetap aman, bebas dari gangguan dan ancaman senjata bawah laut khususnya ranjau, serta untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih berpotensi bahaya ranjau,” tutup Kasal.