JAKARTA– Berkaca pada tragedi Kanjuruhan, Indonesia perlu menerapkan sertifikasi dan perizinan semua peralatan pertandingan sepak bola. Kebijakan ini juga dinilai mampu meningkatkan kualitas olahraga yang digemari banyak orang di tanah air. Ini rekomendasi Komnas HAM kepada Presiden RI Joko Widodo, agar pemerintah bekerja sama dengan FIFA untuk memastikan sertifikasi dan perizinan seluruh peralatan pertandingan sepak bola Indonesia.
Komnas juga meminta perbaikan sepak bola di Indonesia. Bahkan, memberikan ultimatum untuk pemangku kepentingan yang terlibat.
“Komnas HAM merekomendasikan Presiden untuk bekerja sama dengan FIFA untuk memastikan sertifikasi dan lisensi semua peralatan pertandingan,” kata anggota Komnas HAM Choirul Anam di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (2/11).
Anam mengatakan, kepastian sertifikasi dan perizinan seluruh peralatan pertandingan sepak bola untuk menjamin profesionalisme penyelenggara pertandingan sepak bola pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan. Langkah ini juga penting agar tragedi seperti yang terjadi di Stadion Kanjuruhan tidak terulang.
“Jika tidak ada langkah konkrit yang dilakukan dalam waktu 3 bulan atau dalam waktu sesingkat mungkin, tidak ada tindak lanjut, Komnas HAM RI merekomendasikan pembekuan kegiatan sepakbola yang dikelola PSSI,” kata Anam.
Lebih lanjut, Anam juga menyampaikan tiga rekomendasi lain dari Komnas HAM kepada Presiden Jokowi pasca tragedi Kanjuruhan. Pertama, Presiden direkomendasikan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola sepakbola di Indonesia sebagai bagian dari upaya pemenuhan dan perlindungan HAM serta perbaikan sistem olahraga di Indonesia.
Kedua, membentuk tim independen untuk mengaudit kelayakan seluruh stadion sepak bola di Indonesia sesuai dengan beberapa standar yang telah ditetapkan, seperti FIFA dan PSSI.
trauma
Di kesempatan berbeda, Direktur Utama RSUD Kanjuruhan Bobi Prabowo mengatakan, korban tragedi Kanjuruhan bernama Vicky Hermansyah (20) membutuhkan pendampingan psikologis setelah menjalani perawatan selama kurang lebih satu bulan di rumah sakit.
“Kami masih membutuhkan pendampingan dari sisi psikologis untuk penanganan depresi pasca trauma,” kata Bobi di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Rabu.
Bobi, dikutip dari Di antara, menjelaskan bahwa Vicky menjalani perawatan karena mengalami cedera otak parah akibat hipoksia atau penurunan kadar oksigen dalam sel-sel tubuh yang membuat jaringan tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. Menurutnya, pemulihan kondisi otak pasien setelah mengalami hipoksia membutuhkan waktu.
“Untuk pemulihan, sulit untuk memprediksi kasus seperti ini. Bisa memakan waktu antara tiga hingga enam bulan untuk pemulihan total,” katanya.
Selain membutuhkan pendampingan psikologis, kata dia, pasien juga membutuhkan fisioterapi. Korban, selama kurang lebih satu bulan harus menjalani perawatan di tempat tidur dan tidak bisa melakukan aktivitas lainnya.
“Fisioterapi juga perlu, karena dia sudah lama di tempat tidur. Fisioterapi untuk kaki, tangan dan lehernya. Untuk kondisi psikologisnya juga harus terus dirawat,” katanya.
Vicky sendiri diperbolehkan kembali ke Kabupaten Sidoarjo setelah menjalani perawatan selama kurang lebih satu bulan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan. Ia dirawat karena cedera akibat kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada malam 1 Oktober 2022 dan menyebabkan 135 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.