JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati mendorong ketersediaan stadion dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola ramah perempuan dan anak.
“Penyelenggara kompetisi harus memiliki pedoman atau protokol perlindungan bagi kelompok rentan, terutama anak-anak, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas,” kata Bintang dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (4/10).
Bintang menyayangkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, usai pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya. Apalagi, dari total 133 korban yang meninggal (42 perempuan, 91 laki-laki), 37 di antaranya masih dalam kategori anak-anak.
Bintan mengatakan pertandingan sepak bola harus menghibur, menyenangkan, aman bagi penonton, jauh dari kekerasan dan mengusung prinsip persaingan sehat. Ia pun menganggap wajar jika sepak bola menjadi tontonan yang sangat menarik bagi perempuan dan anak-anak.
Namun, tentu saja ada faktor risiko untuk keselamatan perempuan dan anak-anak dalam setiap aktivitas, terutama pertandingan sepak bola. Oleh karena itu, dalam setiap pertandingan sepak bola, perempuan dan anak sebagai kelompok rentan harus mendapatkan perlindungan.
Dia mengatakan KPPPA mendorong semua pihak terkait untuk melakukan evaluasi total penilaian risiko stadion dan rencana mitigasi kondisi darurat di stadion jika terjadi kerusuhan serta faktor keamanan bagi penonton.
“Fasilitas stadion juga harus mendukung kehadiran penonton wanita, anak-anak, dan penyandang disabilitas dengan melengkapi fasilitas pembelajaran, seperti larangan merokok dan larangan lainnya yang dapat memicu kerusuhan,” kata Bintang.
Bintang mengatakan, selama ini faktor keamanan penonton perempuan dan anak menjadi sorotan berbagai pihak. Ia juga menilai setiap stadion perlu dilengkapi dengan protokol yang dapat menjadi pedoman dalam menjamin keselamatan dan keamanan anak dan perempuan.
Ia menilai, keamanan penyelenggaraan pertandingan sepak bola perempuan dan anak harus dimulai dari proses pembelian tiket hingga penonton meninggalkan stadion usai pertandingan. Ia berharap ada kerjasama dari semua pihak, mulai dari federasi, pemerintah, klub, dan suporter untuk menciptakan pertandingan persahabatan bagi kelompok rentan.
“Semua pihak harus paham dalam menjalankan prosedur untuk mengakomodir keamanan dan kenyamanan semua penonton, termasuk penyandang disabilitas, perempuan dan anak-anak,” kata Bintang.
Ia juga mengimbau setiap orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak yang diajak menonton pertandingan sepak bola benar-benar dalam suasana yang nyaman dan aman. Baik sebelum, selama, atau setelah pertandingan diadakan.