Belum diketahui penyebab terkuncinya pintu 12 dan 13 Stadion Kanjuruhan saat tragedi tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wilda Fizriyani
Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris meminta maaf atas kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Hal itu diungkapkan Haris usai ditetapkan sebagai tersangka dalam tragedi Kanjuruhan.
Abdul Haris juga menyampaikan belasungkawa dan duka atas meninggalnya ratusan Aremania yang tidak bersalah. Kondisi ini dinilai terjadi karena keterbatasan dalam penanganan event.
“Sekali lagi saya mohon maaf kepada keluarga korban dan kepada seluruh Aremania, penonton, pendukung di seluruh Indonesia. Sekali lagi saya selaku ketua Panpel mohon maaf karena tidak bisa menyelamatkan dan melindungi mereka saudara-saudaraku. yang masih SMP juga meninggal, mohon maaf,” kata Abdul Haris di Kantor Arema FC, Kota Malang, Jumat (7/10/2022).
Abdul Haris pada dasarnya tidak ingin kejadian tahun 2018 terulang kembali di Stadion Kanjuruhan. Bahkan, dia sudah mengingatkannya saat rapat dengan Kapolri, pelayan, Armenia dan lain-lain. Dia sempat meminta kepada tim keamanan untuk tidak menembakkan gas air mata seperti yang terjadi pada 2018 lalu ketika satu orang dinyatakan tewas.
Abdul Haris juga sempat melakukan pertemuan dengan Aremania sebelum hari pertandingan. Suporter Arema FC sudah sepakat untuk tidak rasis, tidak anarkis, tidak membawa suar, dan tidak pencopet. Kemudian disepakati juga bahwa Aremania yang masuk memiliki tiket.
Tak hanya itu, Abdul Haris memastikan telah melengkapi semua syarat untuk pertandingan tersebut. Dengan kata lain, termasuk izin Gugus Tugas Covid-19 dan izin penggunaan Stadion Kanjuruhan. Kemudian juga dibuat surat izin ke Polres Malang dan Polda Jatim untuk rekomendasi bantuan pengamanan.
Sebelum 10 hari pertandingan, manajemen juga sudah sepakat untuk mencetak tiket sesuai kapasitas stadion sekitar 43 ribu. Namun, pada 29 September, Kapolres Malang mengirimkan surat yang meminta Panpel Arema FC mengurangi penjualan tiket menjadi 38 ribu. Bagian tiket telah mengkonfirmasi kepada Kapolres dan Kabagops Polres Malang terkait pengurangan tilang.
“Namun, ada arahan darinya agar tiket yang dijual sesuai dengan yang sudah dipesan dari Aremania,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan Abdul Haris, pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan lancar. Setidaknya ada 250 pelayan menjaga pintu stadion dan sejumlah tempat lainnya. Untuk alur pemain, media placement dan guest juga tersedia.
Semua perlengkapan seperti ambulans juga telah disiapkan oleh Panpel Arema FC. Pihaknya sudah menyiapkan enam ambulans, empat di antaranya ditempatkan di luar sedangkan satu lagi di dalam stadion.
Saat berkoordinasi dengan Satpam berinisial SS (tersangka lain), ia juga meminta yang bersangkutan membuka semua pintu stadion. Pembukaan pintu harus dilakukan paling lambat sepuluh menit sebelum pertandingan berakhir sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Usai pertandingan usai, Panpel menjalankan tugas mengevakuasi para pemain, baik Arema FC maupun Persebaya Surabaya. Kemudian dia menyaksikan bagaimana pintu evakuasi yang terletak di pintu 12 dan 13 ditembakkan dengan gas air mata. Situasi ini jelas menyebabkan kepanikan yang luar biasa.
“Aku menelepon menggunakan ponsel juga Tidak bisa, penuh sesak. Saya minta tolong Kapolres, saya cari komandan yang ada disana. Saya mohon bantuannya untuk segera mengirimkan ambulans sebanyak-banyaknya, begitu juga dengan tenaga medis,” ujarnya.
Tak lama kemudian, Abdul Haris pun menjadi saksi bagaimana sejumlah Aremania tergeletak. Ada yang memar, tidak bisa bernapas, bahkan ada yang sekarat. Abdul Haris pun sempat memeriksa Aremania yang tewas.
Abdul Haris mengaku sudah meminta dan mencari oksigen untuk membantu Aremania. Tapi petugas medis tidak bisa keluar untuk mendapatkan oksigen.
Melihat kondisi tersebut, Abdul Haris berinisiatif meminta bantuan tim keamanan. Ini semata-mata untuk bisa mengevakuasi korban di pintu 12 dan 13.
“Saya bertanya atas nama kemanusiaan. Saya langsung menggedornya di sana. Ada beberapa truk Zipur, saya paksa untuk digunakan sebagai ambulans dengan durasi waktu masih menunggu instruksi dari komandan. Saya paksa mereka. bagian dari rakyat, tolong! Ini kemanusiaan. , Pak’,” katanya.
Abdul Haris mempertanyakan alasan aparat keamanan menembakkan gas air mata ke pintu evakuasi Stadion Kanjuruhan saat tragedi terjadi Sabtu lalu. Dia meragukan alasan penembakan itu semata-mata untuk mencegah Aremania masuk ke lapangan.
“Jadi kenapa ditembak di pintu evakuasi, di pintu 12, 13, kenapa? Kenapa di sana? Di sana yang Anda lihat adalah keluarga, anak kecil, remaja putri. Mereka bukan pendukung murni, mereka adalah keluarga,” kata Abdul Haris.
Abdul Haris meminta penyelidikan jenis gas air mata yang digunakan pihak berwenang dalam tragedi Kanjuruhan, termasuk otopsi terhadap para korban. Menurut Abdul Harisbanyak korban yang wajahnya membiru karena gas air mata.
Adapun penetapannya sebagai tersangka, Abdul Haris mengaku siap menerimanya. Dia juga tulus dan siap untuk mengambil tanggung jawab. Ini semata-mata atas nama kemanusiaan dan takut akan azab Allah SWT.
Jika ini adalah bagian dari takdir, Abdul Haris tidak mempermasalahkannya. Ia juga menyebutkan bahwa sepak bola pada dasarnya berkaitan dengan rasa tanggung jawab.
“Jangan tanggung-tanggung kalau pertandingannya lancar ya, juara. Tapi kalau genting, kalau terjadi musibah, ketua Panpel yang ngurusin,” jelasnya.