Tekno  

Proyek Jalur Sutra Digital Ambisius China Menghadapi Tantangan di Pakistan



Lima tahun telah berlalu sejak Presiden China Xi Jinping meningkatkan kerja sama dengan Pakistan, yang dinyatakan dalam KTT kerja sama internasional Belt and Road Initiative (BRI) pada 2017.

Sejalan dengan proyek DSR, China mengusulkan kerja sama di bidang ekonomi digital, kecerdasan buatan, nanoteknologi, dan komputasi kuantum luas dengan Islamabad.



Kerja sama tersebut disambut baik oleh Pakistan, terutama karena proyek DSR memfasilitasi peletakan kabel serat optik lintas batas yang terhubung dengan kabel bawah laut di Laut Arab yang akan memberikan layanan telekomunikasi ke negara-negara Belt and Road Initiative (BRI) dan Eropa.

Pakistan melihatnya sebagai langkah strategis karena membutuhkan jaringan telekomunikasi alternatif untuk menghindari ketergantungannya pada perusahaan India yang dikhawatirkan rentan diretas.

Sementara bagi China, jalur internet yang cepat dan aman sangat penting karena akan membuka peluang bisnis yang lebih besar bagi perusahaan teknologi terkemuka Beijing untuk mengakses dan membangun jaringan telekomunikasi di negara-negara anggota BRI.

Meski DSR sangat menguntungkan kedua belah pihak, nyatanya masih ada tantangan yang menghambat percepatan pelaksanaan proyek.

Tingkat perkembangan ekonomi Pakistan sangat berbeda dengan Cina, terutama dalam hal pembangunan ekonomi, infrastruktur digital, penetrasi internet, dan ukuran perdagangan online.

Menurut Bank Dunia, tingkat basis ekonomi Pakistan relatif rendah, dengan PDB keseluruhan hanya Rp 4.331 triliun dan PDB per kapita kurang dari Rp 21,6 juta.

Selain itu, kemajuan teknologi digital Pakistan juga sangat tidak merata. Ada kesenjangan yang lebar, terutama dalam hal gender, wilayah, perkotaan dan pedesaan, hambatan budaya hingga terorisme.

Kesenjangan gender digital telah menjadi sangat mencolok. Ini karena perempuan Pakistan memiliki tingkat melek huruf yang rendah, keterampilan komputer yang tidak memadai, dan akses teknologi yang terbatas.

Pada tahun 2021, ada sekitar 46 juta pengguna media sosial di Pakistan, dengan pengguna Facebook pria lima kali lebih banyak daripada wanita, menunjukkan kesenjangan gender hingga 70 persen di sini.

Tak hanya itu, perempuan juga tertinggal dalam inklusi keuangan digital. Menurut data State Bank of Pakistan (SBP), hanya 18 persen yang memiliki rekening bank digital yang sesuai dan kesenjangan gender dalam keuangan digital adalah 64%.

Kurangnya bakat ekonomi digital di Pakistan juga diperkirakan akan menghambat pertumbuhan proyek DSR. Karena sebagian besar transaksi di Islamabad masih menggunakan uang tunai sebagai pembayaran utama.

Selain itu, peralihan dari proses fisik ke digital membutuhkan investasi dan intervensi aktif dari berbagai institusi dalam jangka panjang.

Mengandalkan bantuan China sebagai solusi jangka pendek menimbulkan kekhawatiran bahwa China dapat menggunakan DSR untuk memaksakan model otoriterisme teknologi pada mitra BRI yang tidak setara.

Leave a Reply

Your email address will not be published.