Muballah.id – Pernahkah Anda mendengar atau melihat sepak bola amputasi atau sepak bola di mana pemain penyandang cacat bermain? Kedengarannya asing. Mendengar ini saja, orang mungkin berpikir “apakah ada sepak bola amputasi?” “Bagaimana mereka memainkannya?” “Bukankah sepak bola hanya untuk orang normal?” dan lain-lain.
Tapi ketahuilah kawan, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jangan salah, penyandang disabilitas juga banyak yang berprestasi. Penyandang disabilitas berhak mendapatkan panggung, kesempatan, akses, kemudahan, dan sebagainya. Jika Anda pernah melihat video perenang satu tangan, atau pelari prostetik, begitu juga sepak bola. Itulah yang saya maksud dengan sepak bola amputasi.
Sepak bola amputasi adalah olahraga sepak bola yang pemainnya adalah penyandang disabilitas. Mengutip dari Panditfootball, pemain sepak bola yang diamputasi adalah pemain yang kehilangan anggota tubuh, seperti kaki dan lengan, serta mereka yang dikategorikan sebagai “Les Autres”, yaitu seseorang yang memiliki anggota tubuh yang lengkap tetapi memiliki cacat lahir yang membuat salah satu bagian tubuhnya menjadi cacat. tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. bagus.
Biasanya yang bermain sebagai penjaga gawang adalah mereka yang tangannya diamputasi atau salah satu tangannya tidak berfungsi. Pemain sepak bola yang diamputasi menggunakan kruk lofstrand atau kruk yang hanya menopang lengan bawah.
Itulah sekilas tentang sepak bola amputasi. Nah, pada artikel kali ini tidak akan terlalu panjang membahas tentang sepak bola amputasi. Kemudian Anda bisa mencari tahu sendiri. Hehe. Saya hanya memberi tahu Anda bahwa sepak bola amputasi memang ada. Dan Sekadar informasi bahwa Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia sedang berlaga di Piala Dunia Amputasi 2022 yang akan digelar di Turki.
Penyandang Disabilitas yang Berhak ke Tahap
Semua manusia di dunia ini memiliki hak yang sama, terlepas dari perbedaan yang ada, baik fisik, sosial maupun ekonomi. Kita tidak boleh meremehkan, misalnya, ketika kita melihat orang yang cacat fisik. Kita juga tidak bisa meremehkan mereka. Menghina mereka sama dengan menghina Allah, karena Allah menciptakan mereka.
Penyandang disabilitas berhak atas kesempatan yang sama. Oleh siapa? Oleh masyarakat itu sendiri, terlebih lagi oleh pemerintah atau pihak terkait. Misalnya dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, hingga olahraga. Di bidang pendidikan, penyandang disabilitas juga membutuhkan sekolah, belajar di kelas, dan mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Oleh karena itu, sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk memajukan sarana dan prasarana yang memudahkan penyandang disabilitas. Bagi yang berkebutuhan khusus, jelas ya ada yang namanya Sekolah Luar Biasa, nah bagi yang memiliki keterbatasan fisik membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, yang akan membantu mereka dalam belajar.
Kesetaraan untuk Atlet Penyandang Disabilitas
Selain pendidikan, dan bidang lainnya, peluang yang sama juga diterapkan di bidang olahraga. Seperti seni, olahraga bersifat universal. Olahraga tidak mengenal perbedaan manusia karena warna kulit, suku, agama atau orientasi politik.
Penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan di bidang olahraga, menurut saya perlu mendapat perhatian lebih, terutama dari pemerintah. Memang selama ini sudah ada kompetisi khusus penyandang disabilitas untuk menunjukkan kemampuannya di bidang olahraga. Namun, apakah mereka mendapat perhatian lebih dari Pemerintah atau dari publik atau bahkan dari media?
Jika di awal artikel ini saya menyebutkan ada yang namanya turnamen Amputasi Soccer, maka itu hanya salah satunya. Karena banyak turnamen, kejuaraan, kompetisi, atau apapun yang memberikan panggung kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik, tetapi memiliki keahlian dalam olahraga. Misalnya ada multi event Paralympic, Asian Para Games, Asean Para Games, dan lain-lain.
Kabar baik dari pemerintah Indonesia adalah atlet penyandang disabilitas kini mendapat perhatian lebih dari sebelumnya. Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pada 4 Agustus 2022 di Solo pernah menyampaikan bahwa Presiden Jokowi memberikan perlakuan yang sama antara atlet difabel dan non difabel. Kesetaraan ini mencakup jenjang karir hingga perolehan bonus yang sama dari pemerintah.
Media masih belum memihak
Jika sekarang pemerintah mulai memberikan kesetaraan antara atlet difabel dan non difabel. Dalam arti, tidak pilih-pilih. Lalu bagaimana dengan medianya? Apakah media kita telah memberikan hak yang sama? Memang, setiap kejuaraan multi event yang saya sebutkan tadi pasti ada media yang meliput atau menyiarkan pertandingan secara langsung.
Tapi, apakah mereka (para atlet) menjadi terkenal? Setenar atlet non-cacat? Belum tentu. Apakah Anda akrab dengan atlet penyandang cacat? Mungkin tidak, ya. Media, menurut saya, tidak terlalu menonjolkan sosok atlet penyandang disabilitas. Media hanya menyiarkan dan memberitakan secara sederhana.
Bahkan, keikutsertaan Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia di Piala Dunia jauh dari hiruk-pikuk publik. Ini adalah pencapaian yang sangat, sangat membanggakan. Bertanding di pentas dunia, namun tidak ada satu pun televisi baik swasta maupun nasional yang menayangkan secara langsung perjuangan anak-anak asuh Bayu Guntoro. Masyarakat tidak mengerti. Karena tidak ada yang memberitahuku.
Bagi media, mungkin turnamen (World Cup of Amputasi) ini tidak terlalu menguntungkan, baik secara ekonomi maupun rating. Oke, mungkin kita bisa memahami alasan itu. Namun di luar itu, media seharusnya memiliki prinsip bahwa yang berkompetisi adalah anak bangsa, yang membutuhkan dukungan dan doa dari masyarakat.
Tidak menyiarkan pertandingan tim sepak bola amputasi Indonesia di Piala Dunia 2022 membuktikan bahwa kita belum terlalu memperhatikan penyandang disabilitas. Bahkan, oleh semua orang. Praktik diskriminatif terhadap penyandang disabilitas masih mengakar hingga saat ini. Pemenuhan hak dan akses bagi atlet penyandang disabilitas masih minim.
Kesetaraan Sosial Penyandang Disabilitas dalam Islam
Padahal Islam sendiri menekankan kesetaraan sosial antara penyandang disabilitas dan tidak. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 61 yang artinya,
“Tidak ada halangan bagi yang buta, yang cacat fisik, yang sakit, dan kalian semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah ayahmu atau rumah ibumu…”.
Islam menekankan bahwa mereka harus diperlakukan sama dan diterima dengan tulus tanpa diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut saya, penyandang disabilitas perlu menghormati hak dan menghargai prestasinya karena mereka juga turut mengharumkan nama bangsa. Apresiasi tidak hanya dalam bentuk bonus, perhatikan. Namun juga apresiasi dari masyarakat, media dan pihak lain.
Saya, Anda, dan kita semua tentunya berharap agar para atlet penyandang disabilitas tidak tersisih lagi, ketika ada kesetaraan. Kalau ada pemerataan dari pusat, mudah-mudahan bisa menyusul di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Apalagi media yang memiliki tugas untuk menginformasikan kepada publik memiliki peran penting dalam hal ini. []