Merdeka.com – Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, tragedi Kanjuruhan telah menelan banyak korban jiwa dari kalangan anak di bawah umur. Itu sebabnya penyelenggara acara massal, termasuk sepak bola menyediakan tempat khusus untuk anak-anak.
“Acara yang melibatkan banyak orang meminta infrastruktur yang terbaik untuk anak-anak. Jadi karena sepak bola adalah hiburan keluarga, tentu ada yang mengundang putra-putrinya, ada sekolah dasar dan sebagainya. Jadi memang ada tempat khusus untuk itu. anak-anak, sehingga ketika terjadi sesuatu yang tidak terduga, yang pertama diselamatkan adalah anak-anak,” tulisnya di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) MiskinSenin (10/10).
Ia mengungkapkan, anak-anak korban tragedi Kanjuruhan memiliki trauma yang masih membekas. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang bersifat pendampingan untuk mengembalikan keceriaan seperti sedia kala.
2 dari 3 halaman
“Dulu, salah satu anak kami bertanya apakah dia ingin menjadi pemain sepak bola? Tiba-tiba jawabannya tidak,” katanya.
Sebagai orang dewasa, tragedi Kanjuruhan bisa dibayangkan dampaknya bagi anak-anak. Saat itu ia dalam keadaan panik, kondisinya terinjak-injak pada malam hari.
“Ini tentu harus direstorasi, perlu dukungan dari keluarga, keluarga perlu diperhatikan, ada yang kita lihat didampingi ibu-ibunya, masing-masing bisa tenang, ini yang terpenting, kondisi psikologis mereka harus dipulihkan. Akhirnya mereka bisa sehat kembali dan bangkit kembali,” jelas Kak Seto.
3 dari 3 halaman
Ia mengunjungi anak-anak korban tragedi Kanjuruhan yang masih menjalani perawatan di RSSA Malang. Kak Seto bertemu dengan beberapa anak yang masih dalam perawatan intensif.
“Kami mewawancarai tiga orang anak, mereka tampak sudah tenang kembali, ada yang masih diberi infus, ada yang masih di bawah selimut, belum bisa banyak bergerak, tapi senyumnya sudah mulai berkembang,” jelasnya.
Ia bersama LPA Jatim dan LPA Malang akan memantau penanganan korban anak sesuai kapasitasnya. Semua pihak telah berperan dalam penanganan korban baik fisik maupun psikis.
“Sebelumnya kita melihat unsur psikolog, psikiater yang tentunya menjalani pengobatan untuk memulihkan trauma psikis. Karena itu, seperti luka jika tidak segera diobati akan menimbulkan sesuatu dalam jangka panjang. Begitu juga kondisi psikis juga bisa terbawa hingga dewasa. ,” dia berkata.
Anak-anak yang menjadi korban harus dipastikan kondisi kesehatannya, yang terluka harus dirawat lukanya. Kaki dan tangannya yang patah harus dioperasi sampai sembuh.
“Sikap menghadapinya jangan sampai ada yang menyudutkan anak, misalnya ada kata-kata ‘ibu sudah bilang jangan ikut’, jangan merasa jatuh di tangga, ditekan. Semua orang didorong. , “dia berkata.
Kak Seto dan timnya juga mengunjungi rumah beberapa anak korban, termasuk anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya. Mereka juga termasuk kategori korban yang juga harus mendapat perhatian.
(mdk/fic)
Baca juga:
TGIPF: Kedaluwarsa Penggunaan Gas Air Mata Saat Tragedi Pelanggaran
Pernyataan Lengkap Erick Thohir Bahas Pertemuan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino
20 Polisi Diduga Melanggar Etika Tragedi Kanjuruhan Akan Diadili di Polda Jatim
Polisi tundukkan korban tragedi Stadion Kanjuruhan
TGIPF Kantongi Bukti Tragedi Kanjuruhan Malang, Apa Saja?
PERIKSA FAKTA: Para pemain Liga Prancis tutup hidung untuk memprotes tragedi Kanjuruhan?
Polisi: Kapolres Malang Harus Larang Anggota Bawa Gas Air Mata
TOPIK TERKAIT