TRIBUNNEWS.COM – Teknologi keuangan kini semakin berkembang berkat kemajuan internet. Tidak hanya untuk kegiatan konsumsi, financial technology juga memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin berinvestasi.
Namun sama seperti investasi konvensional, investasi digital juga memiliki risiko.
Oleh karena itu, selain perlunya literasi digital, perlu juga membekali diri dengan literasi keuangan yang baik. Hal inilah yang mengemuka dalam webinar bertema “Perencanaan Keuangan & Investasi Digital untuk Generasi Muda”.
Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menghadirkan sejumlah pembicara yaitu Senior Product Associate Startup Pendidikan Teknologi Akbar Ghifari; Dosen Untag Semarang Andhika Nanda Perdhana; dan dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Muslim Indonesia Makassar Hadawiah.
Baca juga: SBY Prediksi Akan Muncul Triple Crisis, Bagaimana Perekonomian Indonesia dan Investasi Apa yang Harus Dipilih? Inilah yang dikatakan para ekonom
Dalam webinar tersebut, Akbar Ghifari mempresentasikan digital skills dengan tema ‘Perencanaan Keuangan dan Investasi Digital untuk Generasi Muda’. Perkembangan internet dan financial technology saat ini berdampak pada perubahan gaya hidup.
Banyak orang terlena dengan sifat konsumtif karena ingin mengikuti tren, atau sekedar FOMO (tak mau ketinggalan diskon misalnya).
Menurut Akbar, perencanaan keuangan bisa dimulai dengan membagi pendapatan ke dalam kelompok pengeluaran. Kebutuhan dengan porsi 30 persen, keinginan 30 persen, dan tabungan 40 persen. Formulasi ini diharapkan dapat menghindari sifat boros.
“Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan perangkat digital khususnya sistem transaksi online sehingga menjadi masyarakat yang mampu mengelola keuangan dengan baik dan benar,” ujar Akbar, dikutip Senin (17/07). 10/2022).
Terkait budaya digital, Andhika Nanda Perdhana menyampaikan materi berjudul ‘Menjadi Generasi Cerdas dalam Keuangan Digital dan Digitalisasi Investasi’.
Perkembangan internet dan financial technology menuntut transformasi digital untuk bisnis. Mengapa? Sebagai perubahan gaya hidup karena internet, harapan pelanggan juga tumbuh. Menginginkan pelayanan yang lebih baik, lebih praktis, dan lebih mudah. Perkembangan teknologi juga memunculkan banyak pesaing baru.
Salah satu pilihan para pebisnis kemudian adalah terjun atau berjualan di e-market.
“Namun sebelum memulai, pahami dulu keterampilan media digital. Manfaatkan e-market untuk ekspansi bisnis. Jangan lupa, selalu waspada dengan keamanan data dan transaksi Anda,” ujar Andhika.
Pada sesi terakhir, DR. Hadawiah memaparkan materi digital skills dengan tema ‘Digital Skills in Investment’. Ada banyak alasan orang menggunakan internet untuk bisnis.
Beberapa di antaranya adalah biaya promosi dapat ditekan, akses pasar lebih luas, koordinasi lebih efisien, dan transaksi lebih praktis. Seperti halnya bisnis, berinvestasi secara online kini juga menjadi pilihan karena kemudahannya.
Baca juga: Maruf Amin: Investasi Jadi Tulang Punggung Perekonomian, Ciptakan Lapangan Kerja dan Dukung Pembangunan
Beberapa instrumen tersebut antara lain reksa dana, saham, P2P lending, dan emas. Bagi pemula, yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi adalah menetapkan tujuan. Selanjutnya mengatur pemasukan dan pengeluaran. Gunakan uang dingin untuk investasi. Pahami risiko masing-masing instrumen investasi.
“Manfaat berinvestasi antara lain menambah aset, menghindari utang, menyiapkan dana pensiun, dan mengarah pada kebebasan finansial,” ujarnya.