JAKARTA, KOMPAS.com – Tim Gabungan Pencari Fakta Independen (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menegaskan terbuka untuk menerima saran dan kritik dari masyarakat untuk menyelesaikan tragedi yang menewaskan 131 orang tersebut.
“Tim pencari fakta akan selalu terbuka menerima masukan, saran, kritik, dalam rangka mengusut kasus (tragedi Kanjuruhan),” kata anggota TGIPF Akmal Marhali usai bertemu dengan beberapa elemen pendukung di Kantor Kemenko Polhukam, Bidang Hukum dan Keamanan, Jakarta, Kamis (6/10/2011). 2022) sore.
Baca juga: Bentrok Pendapat PSSI Soal Tragedi Kanjuruhan
Ia mengatakan, TGIPF juga terbuka untuk kritik dan saran terkait langkah perbaikan sepak bola Indonesia ke depan.
Selain itu, Akmal juga mengatakan bahwa pertemuan dengan para pendukung tersebut merupakan dukungan moral bagi TGIPF dalam mengusut tragedi Kanjuruhan.
Oleh karena itu, ia berharap, suporter bisa menjadi pahlawan dalam menyelamatkan sepak bola Indonesia di masa depan.
Baca Juga: Massa Adakan Aksi Solidaritas di Istana: Pak Jokowi, Selidiki Tragedi Kanjuruhan!
“Kami berharap ke depan suporter menjadi pahlawan penyelamat sepak bola Indonesia,” kata Akmal.
Sementara itu, anggota TGIPF lainnya, Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan pihaknya banyak mendapat masukan dari para pendukung terkait tragedi Kanjuruhan.
Dia memastikan masukan ini akan menjadi bahan diskusi sebelum TGIPF mencapai kesimpulan dalam penyelidikan tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga: Vokalis Bonek Ancam Lakukan Gerakan Revolusi Jika Hasil Penyelidikan Tragedi Kanjuruhan Tidak Adil
“Dan itu menjadi bahan evaluasi kami sebelum mendapat kesimpulan yang akan kami umumkan di lain waktu,” kata mantan pemain tim sepak bola Indonesia itu.
Kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Arema FC kalah 2-3 di kandang sendiri, Sabtu (1/10/2022).
Polisi menembakkan gas air mata ke penonton di tribun stadion. Akibatnya, 131 orang yang berada di dalam stadion tewas.
Baca Juga: YLBHI Minta Kapolri Hentikan Anggotanya yang Mengintimidasi Saksi Aremania dan Kanjuruhan
Mengutip data Kementerian PPPA, sebanyak 33 korban yang teridentifikasi sejauh ini adalah anak-anak berusia 4-17 tahun.
Di sisi lain, Aremania mencatat hingga Selasa (4/10/2022) malam, 4 anak belum ditemukan.
Dapatkan pembaruan berita terpilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.